Tips Mudah Merencanakan Keuangan Rumah Tangga

Cara mengatur keuangan rumah tangga

Sebenarnya tulisan tips mudah merencanakan keuangan rumah tangga ini adalah bagian dari review saya setelah mengikuti Workshop Program Literasi Keuangan #IbuBerbagiBijak Cara Mengelola Keuangan UMKM yang diinisiasi Visa, bekerja sama dengan Komunitas The Urban Mama, Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia. 


Dengan menghadirkan Prita Hapsari Ghozie sebagai pembicara, diharapkan para pelaku usaha perempuan bisa semakin memahami dan bijak mengelola manajemen keuangan mendasar untuk bisnis mereka. Tapi yang namanya perempuan sebagai istri dan ibu, nggak mungkin lah yaa ngomongin keuangan bisnis tanpa menyentuh keuangan rumah tangga, karena itu di acara kemarin Mbak Prita juga memberi tips merencanakan keuangan keluarga.

Karena memang penting sekali untuk selalu berbenah dan berusaha mengelola keuangan secara sehat, baik keuangan pribadi mauapun keuangan usaha. Buat apa? Ya untuk mencapai keuangan ideal, Bahasa kerennya financial freedom.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk mencapai kondisi keuangan keluarga yang sehat?


Kalau yang saya tangkap dari materi Mbak Prita kemarin, cara mengatur keuangan rumah tangga mirip-mirip kok dengan cara mengelola keuangan UMKM, ada catatan arus kas dan anggaran dasar juga.

Membuat anggaran dasar rumah tangga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan pondasi keuangan yang kuat. Lakukan penganggaran dengan tepat dan selalu teguh menjalankannya akan membantu kita mencapai setiap target keuangan lebih cepat.

Sebelum menentukan anggaran dasar rumah tangga, sebaiknya kita lakukan dulu financial check up untuk mengetahui apakah keuangan kita sehat atau sebaliknya. 

Ada 4 parameter untuk mengetahui seberapa sehat keuangan kita:

1. Apakah punya hutang?
Hutang yang dimaksud adalah jumlah cicilan KPR, cicilan kendaraan, tagihan kartu kredit, tagihan paylater, termasuk juga hutang di tukang sayur langganan kalau kita lupa nggak bawa uang. Rasio hutang yang masih terbilang sehat ada di bawah 30% dari pemasukan bulanan, jika lebih dari itu, berarti kamu kebanyakan mau :p

2. Apakah biaya hidup lebih kecil dari pemasukan?
Yang termasuk dalam biaya hidup adalah biaya makan sehari-hari (masak atau beli), belanja bulanan, tagihan listrik, pulsa HP, biaya kesehatan, biaya transport sehari-hari, memberi orang tua, servis kendaraan, juga termasuk biaya penunjang gaya hidup. Iya laah, masa dalam sebulan ngga pernah piknik atau ngemall, jangan sampai keuangan sehat tapi orangnya depresi. 

3. Apakah sudah punya dana darurat?
Dana darurat adalah uang yang kita simpan untuk membantu menutup biaya tak terduga dalam kehidupan sehari-hari, mulai biaya perbaikan genteng yang tiba-tiba bocor atau ponsel yang tiba-tiba kecemplung kolam, sampai mendadak kehilangan pekerjaan (amit-amit!). Kalau tiba-tiba kepingin piknik sih jangan pakai dana darurat yaa. 

Dana darurat sebaiknya bernilai tiga sampai enam bulan dari biaya hidup perbulan dan mudah diakses saat dibutuhkan, misalnya disimpan dalam bentuk tabungan konvensional, deposito  liquid,atau reksadana pasar uang.

4. Apakah sudah punya tabungan dan investasi?
Biasanya tabungan ditujukan untuk memenuhi rencana jangka pendek seperti membeli gadget, kendaraan, rumah, atau travelling. Sementara investasi ditujukan untuk memenuhi rencana jangka panjang seperti biaya kuliah anak dan menyiapkan dana pensiun, Apapun tujuannya, semua butuh uang yang nggak sedikit, di sini kita wajib membuat pos investasi, agar mimpi tak jadi sekedar khayal.

Cara mengatur keuangan rumah tangga


Setelah melakukan financial check up baru kita bisa menentukan anggaran dasar rumah tangga sesuai jumlah penghasilan dan tingkat kebutuhan. 

Untuk rumah tangga yang sudah terbebas dari cicilan, bisa menggunakan rumus:

40% untuk biaya hidup 
30% tabungan dan investasi
15% untuk gaya hidup
10% untuk dana darurat dan asuransi
5% untuk sosial dan zakat

Cara mengatur keuangan rumah tangga
Source: Instagram @zapfinance

Rumus ini akan berbeda lagi kalau kita belum memiliki dana darurat sesuai target. Kita bisa mengurangi pos tabungan dan investasi untuk dipindah ke pos dana darurat dulu.

Sementara untuk rumah tangga yang masih memiliki cicilan, rumusnya bisa diubah sedikit menjadi:

60% untuk biaya hidup dan cicilan
15% untuk tabungan dan investasi
10% untuk gaya hidup
10% untuk dana darurat
5% untuk sosial dan zakat

Cara mengatur keuangan rumah tangga
Source: Instagram @zapfinance

Ingat yaa, 60% adalah alokasi untuk biaya hidup dan cicilan, itu sebabnya rasio hutang perbulan sebaiknya tidak lebih dari 30%, kalau sampai lebih, bisa-bisa kita bukan makan nasi, tapi makan surat tagihan.

Pastikan juga teman-teman bisa membedakan 'need' dan 'want' saat mengatur keuangan dan berbelanja. Karena Kedua hal ini bisa terlihat sangat mirip sampai-sampai apa yang sebenarnya cuma kita inginkan bisa kita buat menjadi sesuatu yang sangat kita butuhkan. 

Cara mudah untuk membedakan need dan want adalah dengan membuat daftar kebutuhan dan keinginan, lalu disiplin lah untuk memenuhi semua kebutuhan lebih dulu, jika masih ada sisa budget baru kita bisa memenuhi keinginan kita.


Di workshop kemarin saya belajar berinvestasi dengan metode sisih, yaitu sisihkan penghasilan untuk dana investasi di awal, baru sisanya kita pakai untuk pengeluaran lain-lain

Selama ini saya sudah berusaha menyisihkan tabungan di awal gajian sih, hanya jumlahnya yang tidak tetap, pakai ilmu kira-kira saja. Kalau sekiranya pengeluaran bulan ini akan banyak, ya dana yang disisihkan untuk menabung nggak terlalu banyak. 

Ternyata cara saya ini salah. Dana tabungan, terutama investasi harus jelas setiap bulannya dan tidak boleh diutak atik. Caranya ya pakai presentase tadi, sebesar 15-30% dari total pendapatan, tergantung besaran pos anggaran lainnya.

Nah, teman-teman ada yang sudah rutin membuat anggaran dasar untuk mengaturkeuangan rumah tangga? Biasanya pos apa saja yang diutamakan? Sharing yuk :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkomentar dengan baik ya temans, maaf sementara saya moderasi dulu :)